Kamis, 16 Juli 2020

Begini Cara Skrining Perkembangan Anak dengan Tabel Denver II


Memantau tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan usianya sangat penting, lho!

Artikel ditulis oleh Indah
Disunting oleh Andra Nur Oktaviani

Banyak orang tua yang bertanya-tanya mengenai tumbuh kembang anaknya setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun.

Apakah anak sudah berkembang sesuai tahapan usianya? Apakah ada keterlambatan? Apakah berbahaya? Apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak?

Memang betul, memantau tumbuh kembang anak sangat penting agar kita sebagai orang tua tidak menyesal di kemudian hari. Dengan memantau tumbuh kembang anak, orang tua bisa mengobservasi apakah ada hal-hal yang mengkhawatirkan pada anak.

Namun terkadang, kekhawatiran orang tua cenderung berlebihan, apalagi jika tumbuh kembang anak sendiri dibandingkan dengan tumbuh kembang anak orang lain. Melihat anak orang lain sudah mampu melakukan ini itu, orang tua menjadi panik dan stres sendiri.

Nah, Moms, daripada panik dan stres sendiri membandingkan tumbuh kembang anak sendiri dengan anak orang lain, sebaiknya cek tumbuh kembang anak sendiri sesuai dengan ceklis skrining yang lebih valid, yakni Tes Denver II.


Tes Denver II

Tabel Denver

Apa sih Tes Denver II? Denver Developmental Screening Test (DDST) atau yang dikenal dengan Tabel/Tes Denver merupakan alat skrining untuk menemukan penyimpangan perkembangan pada anak usia 0-6 tahun.

Tujuannya adalah menilai tingkat perkembangan anak sesuai kelompok seusianya, serta digunakan untuk memonitor dan memantau perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan secara berkala.

DDST pada mulanya diperkenalan pada tahun 1967 oleh Frankenburg dan Dodds, sebagai alat bantu skrining perkembangan anak pada situasi normal oleh para dokter anak.

Alat tes ini dikenal di 54 negara dan pada tahun 1992 dikeluarkan alat skrining yang sudah direvisi yang dikenal dengan Denver II atau Tabel Denver II.

Tabel Denver II ini banyak dipergunakan untuk menemukan terjadinya penyimpangan perkembangan, terutama perkembangan berbicara pada anak.

Tes Denver II bukanlah tes IQ, melainkan untuk memantau perkembangan anak dari 4 aspek, yakni aspek perilaku sosial, motorik halus, motorik kasar dan bahasa sesuai dengan kelompok usia anak.

Sebaiknya Tes Denver II ini memang dilakukan oleh pakar seperti dokter anak, namun Moms juga bisa memantau perkembangan anak sendiri melalui Tabel/Tes Denver II.

Moms bisa mendapatkan tabel ini bisa dengan meminta kepada dokter anak Moms dan mengevaluasinya setiap bulan atau Moms bisa searching di browser.


Cara Skrining dengan Tabel Denver II

petunjuk denver

Cara Skrining:

  1. Ada satu tabel dan satu petunjuk yang harus disiapkan.
  2. Tetapkan usia kronologis anak jika anak prematur.
  3. Buat garis lurus (vertikal) dari atas sampai bawah sesuai dengan usia anak.
  4. Uji semua item dengan cara:
    • Pertama pada tiap sektor, uji 3 hal yang berada di sebelah kiri garis umur tanpa menyentuh batas usia
    • Kedua uji hal yang berpotongan pada garis usia
    • Ketiga hal sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak gagal
    • Hitung berapa banyak yang Fail dan Pass.

Penilaian:

  • F (Fail/gagal), jika anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik
  • R (Refusal/menolak), jika anak menolak untuk uji coba
  • P (Pass/lewat), jika anak dapat melakukan uji coba dengan baik
  • NO (No Opportunity), jika anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan

Interpretasi dari Nilai Denver II:

  • Advanced: Anak mampu melaksanakan tugas pada hal-hal di sebelah kanan garis umur, lulus kurang dari 25 persen anak yang lebih tua dari usia tersebut
  • Normal: Anak gagal/menolak tugas pada hal-hal disebelah kanan garis umur, lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75 persen (warna putih)
  • Caution: Anak gagal/menolak pada hal-hal antara 75-100 persen (warna hijau)
  • Delay: Gagal/menolak hal-hal yang ada disebelah kiri dari garis umur.

Bukan Harga Mati

Apakah Mom sudah mencoba melakukan skrining dengan Tabel Denver II ini? Tabel Denver II ini sebaiknya tidak dijadikan patokan mati perkembangan anak Moms, ya.

Coba konsultasikan dengan dokter atau ahli jika anak Moms menunjukkan tanda-tanda keterlambatan perkembangan. Namun dengan skrining ini di rumah, Moms bisa melakukan stimulasi-stimulasi yang diperlukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak serta tidak panik dalam menyikapi tumbuh kembang anak.

Setiap anak memang memiliki tumbuh kembang yang berbeda-beda, namun bukan berarti sebagai orang tua mengabaikan milestone tumbuh kembang anak sepenuhnya.

Pekerjaan Rumah Tangga yang Bisa Dilakukan Anak Sesuai Tahapan Usia


Merasa capek dengan urusan rumah? Ini benar saya pernah alami sendiri. Sepertinya semua pekerjaan tidak selesai sejak bangun tidur hingga menjelang tidur.

Sampai akhirnya saya sadar ternyata kerepotan di rumah itu karena saya tidak melibatkan si kecil untuk membantu. Saya berpikir, ah dia masih terlalu kecil untuk melakukan atau membantu saya di rumah.

Apa Kata Pakar Soal Anak Nggak Mau Makan Nasi? - Mommies Daily
Bahkan, kadang ada perasaan tidak tega ketika meminta si kecil untuk membantu pekerjaan rumah yang paling sederhana sekali pun. Dan akibatnya, saya malah lebih sering membantu anak sampai akhirnya merasa lelah dengan semua pekerjaan di rumah.

Sampai satu hari saya membaca sebuah artikel menarik soal anak yang ikut membantu pekerjaan rumah lebih sukses di masa depannya. Menurut penulis How to Raise an Adult Julie Lythcott-Haims mengungkapkan bahwa keterlibatan anak dalam membantu pekerjaan rumah dapat bermanfaat di masa depan.

Jika sejak kecil anak terbiasa melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau menyapu lantai, maka ketika anak tersebut dewasa dan bekerja ia dapat berkolaborasi dengan lebih baik dengan rekan kerjanya.
Selain itu, membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan rumah juga dapat membuat anak menjadi lebih empati kepada orang lain. Sebabnya, anak akan belajar dan merasakan sendiri seperti apa perjuangan untuk melakukan sesuatu dan melakukan tugas secara mandiri.

“Semakin awal anda memulai, semakin baik. Tentu ada beberapa pekerjaan yang tidak menyenangkan namun seseorang harus melakukannya. Itulah yang membuat Anda maju di tempat kerja,” jelasnya.

Dan akhirnya saya pun sadar, bahwa sebenarnya anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah tangga sejak usia dua tahun. Misal, membiasakan dan meminta anak untuk bisa merapikan kembali mainan. Meski terlihat sepele, namun dampaknya luar biasa. Ketika anak balita sudah bisa dan terbiasa merapikan sendiri mainannya dalam kotak mainan, tugas rumah tangga saya pun sedikit berkurang.

Ya, meski saya juga harus tutup mata ketika mungkin, si kecil langsung memasukan semua mainan dengan sembarangan. Namun, setidaknya saya tidak melihat mainan berserakan di lantai.

Seiring usia dan perkembangan anak, beberapa pekerjaan rumah di bawah ini sudah bisa diberikan kepada anak sesuai dengan usianya.

Untuk usia 2-5 tahun

– Menaruh mainan di kotak
– Memasukkan baju kotor ke keranjang
– Membantu mengambil baju dari jemuran
– Mengambil buku dan majalah yang tergeletak di lantai
– Membantu menyiapkan meja untuk makan
– Menggantungkan handuk di tempatnya
– Bantu mengeluarkan cucian dari mesin cuci
– Menyiapkan air untuk hewan peliharaan
– Bantu bawa tas dari mobil ke dalam rumah

Untuk anak usia 6 – 9 tahun

– Sesuai dengan daftar sebelumnya ditambah dengan hal-hal berikut
– Membereskan tempat tidur
– Memutuskan baju mana yang memang kotor dan yang masih bisa dipakai.
– Memberi makan binatang peliharaan
– Mengajak binatang peliharaan jalan-jalan
– Membersihkan kandang hewan peliharaan
– Membuat sarapan
– Membersihkan dan menyiapkan meja untuk makan
– Mencuci sayuran
– Mengeluarkan sampah serta memilahnya antara yang organik dan yang tidak

Untuk anak usia 10 – 13 tahun

– Sesuai dengan daftar sebelumnya ditambah dengan hal-hal berikut
– Menyiapkan air minum untuk anggota keluarga
– Mencuci piring
– Membuat bekal makan siang untuk sekolah
– Membersihkan permukaan dapur dan kamar mandi

Memang untuk memulai dan membiasakan hal di atas tidak mudah. Ada triknya sendiri agar anak merasa nyaman. Mulailah di akhir pekan dan lakukan bersama-sama sehingga anak tidak merasa melakukan sendiri. Dan anak tidak merasa diperintah atau sebagai pekerjaan rumah yang dipaksakan.

Lakukan terus menerus, sebab hal yang dilakukan berulang-ulang akan membuat anak mudah memahami dan membentuk kebiasaan yang baik. Jelaskan juga kepada anak, bahwa bantuan mereka ketika melakukan pekerjaan rumah telah membantu kita. Dan ucapkan terimakasih ketika anak melakukan pekerjaan rumah sesuai dengan daftar yang sudah disepakati bersama.

Selamat mencoba ya, moms!

Selasa, 14 Juli 2020

9 Cara Memutihkan Kulit Tangan dan Kaki yang Belang dalam 1 Minggu